Sebelum kita ngomongin soal privasi di sosial media online, tentunya kita harus tau dulu bentukan dari sosial media itu atau “Apa sih sosial media itu?”, sebenernya mudah saja untuk semua orang mendefinisikan artian dari sosial media (*baca: SosMed), tapi pada intinya SosMed adalah sebuah wadah dimana semua member/pengguna/partisipan bisa membangun relasi dan koneksi dengan member lain, tempat dimana kita bisa selalu terhubung dengan teman2x, menjalin hubungan baru, berbagi interest dan ide. Namun, banyak orang selain teman-teman dan kenalan tertarik pada informasi yang kita kirimkan ke sosial media, contoh sederhana yg mungkin kita sering dengar seperti pencurian identitas, penipuan kartu kredit, stalkers, atau mungkin data pribadi kita dipergunakan untuk keperluan advertising sebuah brand2x ternama. Perlu diketahui juga bahwa sosial media menyimpan informasi jauh di server mereka, bukan di komputer pribadi pengguna.

Setiap sosial media mempunyai ciri khas tersendiri, tipe2x dibawah ini akan cukup membantu para pengguna online dalam menelusuri sosial media, banyak dari sosial media memakai gabungan dari tipe dibawah ini,

  1. Personal Networks, jaringan ini lebih memfokuskan para pengguna untuk membuat sebuah profil online dan membangun relasi antar sesama penggunanya, contoh: Facebook, Friendster, MySpace.
  2. Status Update Network, Jaringan ini dirancang untuk memungkinkan pengguna mengirim status update pendek untuk berkomunikasi dengan pengguna lain dengan cepat, contoh: Twitter, Plurk.
  3. Location Network, dari namanya sudah terlihat bahwa jaringan ini membutuhkan data dari lokasi pengguna melalui GPS dari telepon selular, memungkinan pengguna untuk sharing lokasi tertentu, contoh: Foursquare, Google Latitude.
  4. Content-Sharing Network, ini adalah sebuah wadah yang memfokuskan pengguna untuk sharing content berupa video, photo, music, dll. Contoh: YouTube, Vine, Instagram, Flickr.
  5. Shared-Interest Network, sosial media yg satu ini lebih memfokuskan interest dari penggunanya, dari sini terjadi sebuah grup dan percakapan mengenai interest tersebut. contoh: deviantArt, LinkedIn, Goodreads.

Berbicara soal publisitas data pengguna, dari sisi sosial medianya sendiri tidak selalu menjamin keamanan informasi yang telah di-upload ke profil pengguna, bahkan ketika pengguna sudah menerapkan private post di sosial media tersebut. Sebagai contoh ketika seorang pengguna melakukan private posting (* hanya beberapa orang yg bisa melihat post tersebut) , post tersebut bisa dengan mudah di copy-paste atau bahkan di screenshot lalu di share secara publik.

Banyak dari pengguna sosial media tidak memberikan indentitas asli mereka, ini dinamakan Anonimitas pengguna. Banyak pengguna memakai cara ini untuk alasan tertentu, contoh pengguna seperti blogger aktivis politik, orang yg bekerja di ranah hukum, dokter, dll. Pada kenyataannya, anonimitas adalah alat yang berguna bagi siapa pun yang memilih untuk menjaga atau memisahkan antara identitas online dan identitas off-line. Hal ini juga dapat disalahgunakan oleh pengguna yg berusaha untuk melindungi identitas mereka saat melakukan kegiatan ilegal.

Membaca sebuah Privacy Policy dari sebuah sosial media juga kadang suka dianggap remeh oleh para penggunanya, mungkin karena privacy policy itu isinya terlalu panjang dan membosankan. Sebenernya ada trik cara membaca cepat policy, yaitu dimulai dari bagian paling bawah, krn disitulah biasanya bagian penting berada. Isi dari policy yg perlu kita tahu adalah seperti bagaimana cara meng-cancel/deactivate akun pengguna, data pribadi yg kita berikan akan dipakai untuk apa? milik siapa? , bagaimana cara complain/report, jika pengguna meninggal apa yg terjadi dengan datanya, dll.

Penipuan pun tidak hanya terjadi pada dunia offline saja, penipuan/fraud juga sangat sering terjadi di jaringan sosial, bisa disimak pada contoh berikut ini.

  • Pencurian Identitas Data yg di incar oleh si pencuri biasanya adalah password, akun bank, nomor kartu kredit, kontak pengguna, akses ke komputer pengguna, dll. Beberapa caranya adalah melalui Aplikasi 3rd Party, yaitu aplikasi bisa mobile/webapp yg melakukan koneksi ke akun sosial media pengguna. Aplikasi 3rd party ini dibuat dengan tujuan yg tidak baik, aplikasi ini bisa mengambil data pengguna seenaknya dan menjual tanpa sepengetahuan pengguna, atau mungkin bisa menanam virus/malware ke komputer/henpon pengguna. ****
  • Virus/Malware
    Malware adalah sebuah software yg bisa mengoperasikan komputer/henpon pengguna tanpa sepengetahuan pengguna, masuknya malware ini biasanya dipicu dari pengguna sendiri, contoh:
    • Pengguna meng-klik sebuah Short URL yg berada pada Status update seseorang, yg membuat pengguna tanpa sadar mendownload malware tersebut.
    • Sebuah private message berisi URL dari seseorang yg dikenal, sehingga membuat pengguna mengklik url tersebut.
    • Aplikasi 3rd party yg berisi malware.
    • Email spam yg asalnya dari social media pengguna sendiri.
  • Rekayasa/Pemalsuan Sosial Media
    Cara2x ini sebenernya adalah cara yang paling sering dilakukan dan cara yg paling ampuh menipu para pengguna.
    • Phishing, pengguna mendapat email, pesan, atau chat dari sumber terpercaya lalu pengguna berakhir pada sebuah Fake Login Page mirip dengan sosial media pengguna terdaftar, lalu dengan sadarnya pengguna memberikan username dan password dari sosial media tersebut.
    • Spear Phishing, sama seperti diatas, hanya saja sumber pesan/chat berasal dari teman sendiri. Karena akun temannya mungkin sudah di hack.
    • Ajakan Sesat, cara ini sebenernya berasal dari sosial media itu sendiri (*sosmed yg ga bener) ketika pengguna melakukan registrasi, pengguna secara sadar memberikan data kontak mereka, sehingga sosial media ini bisa seenaknya menghubungi teman2x pengguna dengan ajakan2x sesatnya.
    • Hijacked Account, sebuah akun di sosial media bisa sangat mudah di hack/bajak/diambil alih dengan penipuan identitas atau dg malware, tentunya ini karena kelalaian dari pengguna tersebut, yg akhirnya merujuk ke spear phishing diatas.

Dari semua pemalsuan, penipuan, pembajakan akun yg terjadi, sebenernya ini adalah akibat dari penggunanya sendiri yang mungkin tidak curiga atau berpikir panjang atas data yg pengguna berikan. Sebuah tips simple dan gak macem2x gimana caranya supaya kita bisa lebih aman bermain di sosial media adalah..

Common sense, caution and skepticism are some of the strongest tools you have to protect yourself.